Tidak disyariatkan berma'af-ma'afan menyambut bulan Ramadhan

Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

Sering kita mendengar dan mungkin melakukan kegiatan rutin yang dilakukan sebelum bulan Ramdhan adalah saling berma'afan satu dengan yang lain. Yang secara dalil di sandarkan kepada hadist berikut.
Doa Malaikat jibril Menjelang Ramadhan:

"Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad, apabila sebelum memasuki
bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika
masih ada);

* Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;

* Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya."

Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita
bayangkan, yang berdoa adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah
Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jumaat.

Hadits tersebut dha'if dan munkar karena menyelisihi hadits yang shahih sebagai berikut:
"Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin".
Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata 'Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata:

'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!'
maka kukatakan, 'Amin', kemudian Jibril berkata lagi,

'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!'
, maka aku berkata: 'Amin'. Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi.

'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!' maka kukatakan, 'Amin".

[Hadits Riwayat al-Bazzar dalam Majma'uz Zawaid 10/1675-166, al-Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]

Saling berma'afan sebelum Puasa Ramadhon termasuk perkara baru dalam agama ini (bid'ah). Dan kita tahu semua perkara yang baru dan diada-adakan adalah sesat dan tempatnya dineraka. Bid'ah dalam terminologi syari'at adalah setiap ibadah yang diada-adakan oleh manusia tapi tidak ada asalnya dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah, demikian ini berdasarkan sabda Rasulullah

"Artinya : Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak"[Disepakati keshahihannya: Al-Bukhari dalam Ash-Shulh (2697). Muslim dalam Al-Aqdhiyah (1718)]

Dan sabda beliau.

"Artinya : Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak"[Al-Bukhari menganggapnya mu'allaq dalam Al-Buyu' dan Al-I'tisham. Disambungkan oleh Muslim dalam Al-Aqdhiyah (18-1718)]

Kemudian sabda Rasul lainnya.

"Artinya : Hendaklah kalian menjauhi perkara-perkara baru yang diada-adakan, karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid 'ah, setiap bid 'ah itu sesat, dan setiap yang sesat itu (tempatnya) di neraka" [HR. Abu Dawud dalam As-Sunnah (4607). Ibnu Majjah dalam Al-Muqaddimah (42). Tambahan “dan yang setiap yang sesat itu (tempatnya di neraka)” pada riwayat An-Nasa’I dalam Al-Idain (1578)].

Penekanan hadist diatas tidak dikhususkan pada berma'afan sebelum berpuasa Ramadhan tetapi memberikan penekanan kepada tiga perkara yang semuanya sangat penting dan akan celaka bagi orang yang tidak melakukannya yaitu, celaka bagi yang tidak bersalawat kepada nabi, celaka bagi yang tidak melaksanakan kewajiban di bulan Ramadhan dan celaka bagi orang yang tidak berbakti kepada orang tuanya (Birrul Walidain).

Maka tradisi berma'afan sebelum Ramadhan tidak ada tuntunannya dari Rasulullah dan para Sahabatnya.
Untuk itu bagi kita yang sudah mengetahuinya tinggalkanlah perkara-perkara baru dalam agama yang hanya akan membawa kita kepada kesesatan dan neraka.

Wallahualam

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,

[+/-] Selengkapnya…

HADITS-HADITS DHAIF YANG TERSEBAR SEPUTAR BULAN RAMADHAN

Oleh
Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilaaly
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

Kami menilai perlunya dibawakan pasal ini pada kitab kami, karena adanya sesuatu yang teramat penting yang tidak diragukan lagi sebagai peringatan bagi manusia, dan sebagai penegasan terhadap kebenaran, maka kami katakan :

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menetapkan sunnah Nabi secara adil, (untuk) memusnahkan penyimpangan orang-orang sesat dari sunnah, dan mematahkan ta'wilan para pendusta dari sunnah dan menyingkap kepalsuan para pemalsu sunnah.
Sejak bertahun-tahun sunnah telah tercampur dengan hadits-hadits yang dhaif, dusta, diada-adakan atau lainnya. Hal ini telah diterangkan oleh para imam terdahulu dan ulama salaf dengan penjelasan dan keterangan yang sempurna.

Orang yang melihat dunia para penulis dan para pemberi nasehat akan melihat bahwa mereka -kecuali yang diberi rahmat oleh Allah- tidak memperdulikan masalah yang mulia ini walau sedikit perhatianpun walaupun banyak sumber ilmu yang memuat keterangan shahih dan menyingkap yang bathil.

Maksud kami bukan membahas dengan detail masalah ini, serta pengaruh yang akan terjadi pada ilmu dan manusia, tapi akan kita cukupkan sebagian contoh yang baru masuk dan masyhur dikalangan manusia dengan sangat masyhurnya, hingga tidaklah engkau membaca makalah atau mendengar nasehat kecuali hadits-hadits ini -sangat disesalkan- menduduki kedudukan tinggi. (Ini semua) sebagai pengamalan hadits : "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat ..." [Riwayat Bukhari 6/361], dan sabda beliau : "Agama itu nasehat" [Riwayat Muslim no. 55]

Maka kami katakan wabillahi taufik :

Sesungguhnya hadits-hadits yang tersebar di masyarakat banyak sekali, hingga mereka hampir tidak pernah menyebutkan hadits shahih -walau banyak-yang bisa menghentikan mereka dari menyebut hadits dhaif.

Semoga Allah merahmati Al-Imam Abdullah bin Mubarak yang mengatakan : "(Menyebutkan) hadits shahih itu menyibukkan (diri) dari yang dhaifnya".

Jadikanlah Imam ini sebagai suri tauladan kita, jadikanlah ilmu shahih yang telah tersaring sebagai jalan (hidup kita).

Dan (yang termasuk) dari hadits-hadits yang tersebar digunakan (sebagai dalil) di kalangan manusia di bulan Ramadhan, diantaranya.


Pertama.

"Artinya : Kalaulah seandainya kaum muslimin tahu apa yang ada di dalam Ramadhan, niscaya umatku akan berangan-angan agar satu tahun Ramadhan seluruhnya. Sesungguhnya surga dihiasi untuk Ramadhan dari awal tahun kepada tahun berikutnya ...." Hingga akhir hadits ini.

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (no.886) dan Ibnul Jauzi di dalam Kitabul Maudhuat (2/188-189) dan Abu Ya'la di dalam Musnad-nya sebagaimana pada Al-Muthalibul 'Aaliyah (Bab/A-B/tulisan tangan) dari jalan Jabir bin Burdah dari Abu Mas'ud al-Ghifari.

Hadits ini maudhu' (palsu), penyakitnya pada Jabir bin Ayyub, biografinya ada pada Ibnu Hajar di dalam Lisanul Mizan (2/101) dan beliau berkata : "Mashur dengan kelemahannya". Juga dinukilkan perkataan Abu Nua'im, " Dia suka memalsukan hadits", dan dari Bukhari, berkata, "Mungkarul hadits" dan dari An-Nasa'i, "Matruk" (ditinggalkan) haditsnya".

Ibnul Jauzi menghukumi hadits ini sebagai hadits palsu, dan Ibnu Khuzaimah berkata serta meriwayatkannya, "Jika haditsnya shahih, karena dalam hatiku ada keraguan pada Jarir bin Ayyub Al-Bajali".

Kedua.

"Artinya :Wahai manusia, sungguh bulan yang agung telah datang (menaungi) kalian, bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, Allah menjadikan puasa (pada bulan itu) sebagai satu kewajiban dan menjadikan shalat malamnya sebagai amalan sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri pada bulan tersebut dengan (mengharapkan) suatu kebaikan, maka sama (nilainya) dengan menunaikan perkara yang wajib pada bulan yang lain .... Inilah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya adalah merupakan pembebasan dari api neraka ...." sampai selesai.

Hadits ini juga panjang, kami cukupkan dengan membawakan perkataan ulama yang paling masyhur. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887) dan Al-Muhamili di dalam Amalinya (293) dan Al-Asbahani dalam At-Targhib (q/178, b/tulisan tangan) dari jalan Ali bin Zaid Jad'an dari Sa'id bin Al-Musayyib dari Salman.

Hadits ini sanadnya Dhaif, karena lemahnya Ali bin Zaid, berkata Ibnu Sa'ad, Di dalamnya ada kelemahan dan jangang berhujjah dengannya, berkata Imam Ahmad bin Hanbal, Tidak kuat, berkata Ibnu Ma'in. Dha'if berkata Ibnu Abi Khaitsamah, Lemah di segala penjuru, dan berkata Ibnu Khuzaimah, Jangan berhujjah dengan hadits ini, karena jelek hafalannya. Demikian di dalam Tahdzibut Tahdzib [7/322-323].

Dan Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkan hadits ini, Jika benar kabarnya. berkata Ibnu Hajar di dalam Al-Athraf, Sumbernya pada Ali bin Zaid bin Jad'an, dan dia lemah, sebagaimana hal ini dinukilkan oleh Imam As-Suyuthi di dalam Jami'ul Jawami (no. 23714 -tertib urutannya).

Dan Ibnu Abi Hatim menukilkan dari bapaknya di dalam Illalul Hadits (I/249), hadits yang Mungkar

Ketiga.

"Artinya : Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat"

Hadits tersebut merupakan potongan dari hadits riwayat Ibnu Adi di dalam Al-Kamil (7/2521) dari jalan Nahsyal bin Sa'id, dari Ad-Dhahak dari Ibu Abbas. Nashsyal (termasuk) yang ditinggal (karena) dia pendusta dan Ad-Dhahhak tidak mendengar dari Ibnu Abbas.

Diriwayatkan oleh At-Thabrani di dalam Al-Ausath (1/q 69/Al-Majma'ul Bahrain) dan Abu Nu'aim di dalam At-Thibun Nabawiy dari jalan Muhammad bin Sulaiman bin Abi Dawud, dari Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shalih dari Abu Hurairah.

Dan sanad hadits ini lemah. Berkata Abu Bakar Al-Atsram, "Aku mendengar Imam Ahmad -dan beliau menyebutkan riwayat orang-orang Syam dari Zuhair bin Muhammad- berkata, "Mereka meriwayatkan darinya (Zuhair,-pent) beberapa hadits mereka (orang-orang Syam, -pent) yang dhoif itu". Ibnu Abi Hatim berkata, "Hafalannya jelek dan hadits dia dari Syam lebih mungkar daripada haditsnya (yang berasal) dari Irak, karena jeleknya hafalan dia". Al-Ajalaiy berkata. "Hadits ini tidak membuatku kagum", demikianlah yang terdapat pada Tahdzibul Kamal (9/417).

Aku katakan : Dan Muhammad bin Sulaiman Syaami, biografinya (disebutkan) pada Tarikh Damasqus (15/q 386-tulisan tangan) maka riwayatnya dari Zuhair sebagaimana di naskhan oleh para Imam adalah mungkar, dan hadits ini darinya.

Keempat

"Artinya : Barangsiapa yang berbuka puasa satu hari pada bulan Ramadhan tanpa ada sebab dan tidak pula karena sakit maka puasa satu tahun pun tidak akan dapat mencukupinya walaupun ia berpuasa pada satu tahun penuh"
Hadits ini diriwayatkan Bukhari dengan mu'allaq dalam shahih-nya (4/160-Fathul Bari) tanpa sanad.

Ibnu Khuzaimah telah memalukan hadits tersebut di dalam Shahih-nya (19870), At-Tirmidzi (723), Abu Dawud (2397), Ibnu Majah (1672) dan Nasa'i di dalam Al-Kubra sebagaimana pada Tuhfatul Asyraaf (10/373), Baihaqi (4/228) dan Ibnu Hajjar dalam Taghliqut Ta'liq (3/170) dari jalan Abil Muthawwas dari bapaknya dari Abu Hurairah.

Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari (4/161) : "Dalam hadits ini ada perselisihan tentang Hubaib bin Abi Tsabit dengan perselisihan yang banyak, hingga kesimpulannya ada tiga penyakit : idhthirah (goncang), tidak diketahui keadaan Abil Muthawwas dan diragukan pendengaran bapak beliau dari Abu Hurairah".

Ibnu Khuzaimah berkata setelah meriwayatkannya :Jika khabarnya shahih, karena aku tidak mengenal Abil Muthawwas dan tidak pula bapaknya, hingga hadits ini dhaif juga:.

Wa ba'du : Inilah empat hadits yang didhaifkan oleh para ulama dan di lemahkan oleh para Imam, namun walaupun demikian kita (sering) mendengar dan membacanya pada hari-hari di bulan Ramadhan yang diberkahi khususnya dan selain pada bulan itu pada umumnya.

Tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian hadits-hadits ini memiliki makna-makna yang benar, yang sesuai dengan syari'at kita yang lurus baik dari Al-Qur'an maupun Sunnah, akan tetapi (hadits-hadits ini) sendiri tidak boleh kita sandarkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan terlebih lagi -segala puji hanya bagi Allah- umat ini telah Allah khususkan dengan sanad dibandingkan dengan umat-umat yang lain. Dengan sanad dapat diketahui mana hadits yang dapat diterima dan mana yang harus ditolak, membedakan yang shahih dari yang jelek. Ilmu sanad adalah ilmu yang paling rumit, telah benar dan baik orang yang menamainya : "Ucapan yang dinukil dan neraca pembenaran khabar".



[Disalin dari Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata]

sumber awal www.almanhaj.or.id

[+/-] Selengkapnya…

INFO KAJIAN

TABLIGH AKBAR DAN BEDAH BUKU "TAFSIR CINTA AYAT-AYAT CINTA"

HADIRILAH
TABLIGH AKBAR DAN BEDAH BUKU

Untuk Umum

TAFSIR CINTA AYAT-AYAT CINTA
bersama :
Ustadz Abu Ahmad Zainal Abidin, Lc.

InsyAllah ..
AHAD, 31 Agustus 2008
Pukul 09:00 WIB s/d Dzuhur
tempat
JAKARTA ISLAMIC cENTRE
Kramat Koja, Jakarta Utara

Cp.
0816 1182 781
0812 1055 891
0815 8863 543

DAURAH ISLAM ILMIAH X "MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DASAR ISLAM"

IKUTILAH !
DAURAH ISLAM ILMIAH X

Khusus Laki-Laki dan Pemula

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DASAR ISLAM

bersama :
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Ustadz Arman Amri, Lc.
Ustadz Kurnaedi, Lc.

Insyaallah
Jum'at (ba'da Ashar) s/d Ahad (Dzuhur)
22-24 Agustus 2008
di
Masjid Imam Ahmad bin Hanbal
KPP IPB Baranangsiang IV Blok A
Tanah Baru, Bogor

Infaq Rp.50.000,-
Fasilitas : Block Note, Makan, Snack

Info dan pendaftaran
0818 0828 4424
0856 9330 5222
0859 2507 2121
0852 1885 5004
0251 - 215 9968

[+/-] Selengkapnya…

Alhamdulillah,
Telah lahir putra pertama kami



FAUZAN ABDILLAH FADHIL


Sabtu 2 Agustus 2008/30 Rajab 1429 H
Berat 4kg, pjng 48 cm

Keluarga Ferdi & Erna
(Tamboen)


[+/-] Selengkapnya…

Tabligh Akbar & Bedah Buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”


Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, utusan & kekasih Allah, telah memerintahkan kepada umatnya untuk menempuh jalan yang mulia, yang telah ditempuh oleh beliau dan para sahabat ridhwaanallahi’alaihim ajma’in.

Jalan itu tiada bercabang, jalan yang lurus, jelas, terang, putih bersih dan tidak ada bercak-bercak syirik, bid’ah, khurafat, hizb, kelompok, golongan dan lainnya.

Barangsiapa menempuh jalan tersebut, niscaya ia akan mendapat kemuliaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Wajib bagi setiap kita untuk kembali kepada Agama Islam menurut pemahaman Salafush Shalih.

Bagi Anda yang mendambakan kemuliaan, sepatutnya untuk mengetahui manhaj yang mulia ini, dengan duduk di majelis ilmu yang penuh dengan kemuliaan. Ajak keluarga, sahabat dan orang-orang yang anda cintai.

Hadirilah.. Tabligh Akbar dan Bedah Buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”

    InsyaAllah

    Ahad, 3 Agustus 2008

    09.00 WIB – Zhuhur

    Jakarta Islamic Centre

    Jakarta Utara

Pembicara : Ustadz Abu Fat-hi Yazid Abdul Qadir Jawas


Sumber:

http://lilis.tamansakinah.com/blog/2008/07/17/tabligh-akbar-

[+/-] Selengkapnya…

Mengurai benang-benang kusut impian di masa depan



"Harus dimulai sekarang juga" Begitu setidaknya orang bijak berpetuah, tentang segala hal yang berkaiatan dengan kemajuan manusia menjalani hidupnya. Melakukan suatu hal merupakan sebuah tindakan atau usaha demi mencapai sebuah keinginan. Simulasi tersebut merupakan sebuah hukum alam dalam tataran teori sebab akibat yang tak bisa diganggu gugat. Jika seseorang menginginkan sesuatu tentunya harus ada usaha yang dilakukan.

Memang dalam tataran teori semua mudah saja terencana tetapi impian yang didambakan kadang menemui kendala dalam pelaksanaannya. Tentunya secara garis besar tataran pelaksanaan merupakan hal yang lebih sulit direalisasikan ketimbang dalam teori perencanaannya. Karena apa? tentu karena energi yang dibutuhkan akan berlipat. Energi yang dimaksud di sini tidak lain adalah hal yang bisa menjadi bahan bakar dalam mendukung tercapainya sebuah impian dan tujuan. Seperti kondisi fisik dan mental yang prima, materi yang cukup, kondisi lingkungan yang memungkinkan, sejumlah aturan (rule of the game) dan lain-lain.

Banyak faktor yang mendukung tercapainya sebuah tujuan namun semua itu pun tidak semudah membalikan telapak tangan. Ya, perlu usaha yang lebih ekstra. Namun jangan pantang surut untuk melangkah dalam berusaha karena biar bagaimanapun apapun usaha yang kita tanam pasti akan menuai hasil, kuncinya hanya satu ketekunan dan keyakinan. Sedikit coba kita renungkan tentang apa sebenarnya makna berusaha. Banyak orang bilang berusaha adalah cara kerja seseorang untuk menjadikan dirinya berkecukupan atau kaya. Bagaimana, anda setuju?. Ya tidak sepenuhnya salah dan ada benarnya juga. Tapi jika kita beranggapan sama demikian berarti kita termasuk salah seorang penonton yang hanya bisa menonton seseorang yang sedang berusaha menjadi seorang yang kaya. Kenapa demikian? karena jika kita tahu makna kaya yang sesungguhnya kita tidak akan terjebak dalam pandangan sempit tentang nilai kekayaan. Seorang yang bukan penonton tentu saja adalah pemain, pemain disini dalam arti adalah orang yang benar-benar melakukan usahanya dengan tekun dan sungguh-sungguh. Para usahawan sejati akan selalu berjibaku dalam tataran relistis pelaksanaan. Dan terjung langsung dalam usaha yang digeluti sehingga mereka akan menilai usaha itu punya konteks yang lebih luas bukan hanya tujuan utama menjadi seorang kaya secara materi. Tetapi kaya juga harus mencakup 3 hal yakni kaya akal, kaya hati dan kaya materi. Ini semua sudah mencakup secara keseluruhan. Akal yang mencetuskan ide brilian dan jenius, hati yang menjaga agar tetap lurus dan terkendali, materi yang menjadi bahan bakar usaha secra kontinyu. Dan tiga faktor tersebut akan menjadi formula yang indah dalam mengurai benang-benang kusut dalam berusaha.

[+/-] Selengkapnya…

Desain Grafis

Memahami dunia Desain Grafis tidaklah harus memiliki kamus khusus untuk menterjemahkannya. Setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan baik dan tidaknya karya grafis yang telah ada dari zaman ke zaman.

Kebebasan menilai hasil karya grafis juga tidak harus sesuai dengan tuntuttan professional dan segudang pakem yang menjadi tren. Karena tren yang selama ini muncul adalah mencoba mengarah hanya kepada Desain Grafis komersil, sedangkan kebutuhan akan grafis secara murni terpinggirkan.



Selama ini pemahaman akan Desain Grafis tumbuh oleh perkembangan industrialisasi, sehingga makna grafis yang memiliki cakupan luas dan tidak terbatas pada grafis komersil saja kini menjadi pemahaman grafis yang terkotak-kotak. Ini lebih diperparah lagi dengan dominannya industrialisasi grafis yang datang dari dunia barat, sehingga semakin meminggirkan seni grafis lokal. Disamping meminimkan karya grafis yang bernuansa lokal (baca:etnik) industrialisasi grafis juga menghambat bahkan dikemudian waktu akan mematikan karya-karya grafis lokal.

Seni grafis lokal ditanah air ini memiliki banyak keragaman dan tingkat etnik yang detail sehingga masih banyak para peminat grafis yang tetap menjadikan salah satu pilihan seni visualnya, contohnya seperti batik dan mebel dengan ukiran Jepara. Tetapi gaung grafis lokal tidak terdengar karena konsep dan serangan industrialisasi barat. Siapa yang tidak mengenal konsep minimalis yang sudah lama diinfasi dunia barat dan bahkan sudah menjadi kebutuhan di setiap lini kehidupan.

Di luar segi optimalitas dan efektifitas kita tidak hanya terjajah dari segi globalisasi tetapi juga dari segi seni visual atau Desain Grafis yang seharusnya memiliki karakter tersendiri.

[+/-] Selengkapnya…

Pengaruh Teknologi dalam kehidupan



Seberapa besar teknologi berpengaruh dalam kehidupan anda???

[+/-] Selengkapnya…

Bajajcopter

Bajajcopter
Kendaraan anti macet

wallpaper Islam

wallpaper Islam
syahadat

Contact

email: ferdigi@yahoo.com
facebook: ferdigi@yahoo.com