Memahami dunia Desain Grafis tidaklah harus memiliki kamus khusus untuk menterjemahkannya. Setiap orang memiliki kebebasan untuk menentukan baik dan tidaknya karya grafis yang telah ada dari zaman ke zaman.
Kebebasan menilai hasil karya grafis juga tidak harus sesuai dengan tuntuttan professional dan segudang pakem yang menjadi tren. Karena tren yang selama ini muncul adalah mencoba mengarah hanya kepada Desain Grafis komersil, sedangkan kebutuhan akan grafis secara murni terpinggirkan.
Selama ini pemahaman akan Desain Grafis tumbuh oleh perkembangan industrialisasi, sehingga makna grafis yang memiliki cakupan luas dan tidak terbatas pada grafis komersil saja kini menjadi pemahaman grafis yang terkotak-kotak. Ini lebih diperparah lagi dengan dominannya industrialisasi grafis yang datang dari dunia barat, sehingga semakin meminggirkan seni grafis lokal. Disamping meminimkan karya grafis yang bernuansa lokal (baca:etnik) industrialisasi grafis juga menghambat bahkan dikemudian waktu akan mematikan karya-karya grafis lokal.
Seni grafis lokal ditanah air ini memiliki banyak keragaman dan tingkat etnik yang detail sehingga masih banyak para peminat grafis yang tetap menjadikan salah satu pilihan seni visualnya, contohnya seperti batik dan mebel dengan ukiran Jepara. Tetapi gaung grafis lokal tidak terdengar karena konsep dan serangan industrialisasi barat. Siapa yang tidak mengenal konsep minimalis yang sudah lama diinfasi dunia barat dan bahkan sudah menjadi kebutuhan di setiap lini kehidupan.
Di luar segi optimalitas dan efektifitas kita tidak hanya terjajah dari segi globalisasi tetapi juga dari segi seni visual atau Desain Grafis yang seharusnya memiliki karakter tersendiri.
ferdigi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bajajcopter
wallpaper Islam
Contact
email: ferdigi@yahoo.com
facebook: ferdigi@yahoo.com
facebook: ferdigi@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar